Kamis, 03 Mei 2018

PENENTUAN POSISI KAPAL


KOMPETENSI INTI GURU

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Ilmu Pelayaran Datar.
B. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
Mendemontrasikan metode penentuan posisi sejati kapal.

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1.    Mengaplikasikan cara penentuan posisi sejati kapal dengan benda bumiawi.
2.    Mengkombinasikan cara penentuan posisi sejati kapal dengan baringan benda bumiawi dan baringan elektronik.

D. MATERI 1. Definisi-definisi

a.      Membaring ialah mengambil arahnya suatu benda dari kapal lalu arah tersebut dengan arah berlawanan dilukis sebuah garis dari titik yang dibaring dalam peta.  
b.      Sinar baring ialah sebagai lingkaran besar yang ditarik dari titik baringan melalui pusat pedoman dari kapal. 
c.       Lengkung baring ialah garis lengkung yang menghubungkan antara titik pusat pedoman di kapal dan benda yang dibaring yang memotong derajah atas sudut yang sama. 
d.      Garis baringan ialah garis lurus dipeta laut yang pada titik yang dibaring menyinggung lengkungan baringan. 
e.      Baringan ialah sudut yang dibentuk oleh arah utara dengan garis baringan.

2. Macam-macam baringan

a.      Baringan Sejati (BS) ialah sudut yang dibentuk oleh arah Utara Sejati (US) dengan garis baringan 
b.      Baringan Magnetis (BM) adalah sudut yang dibentuk oleh arah Utara magnetis (UT) dengan garis baringan. 
c.       Baringan pedoman (BP) ialah sudut yang dibentuk oleh arah Utara pedoman (UP) dengan garis baringan. 

d.      Baringan relatip (Br) ialah sudut antara sinar baringan dan haluan kapal. 
 

3. Metode baringan

Untuk menentukan posisi sejati kapal, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Dengan menggunakan baringan benda darat, baringan astronomi, baringan elektronik, maupun kombinasi. Metode yang digunakan tergantung pada jumlah benda-benda yang dapat dibaring dari kapal.
a. Jika disekeliling kapal hanya terdapat satu benda baringan 
1) Satu benda dibaring 1 kali 
a)    Baringan dengan jarak 
 
Pelaksanaan : 
1). Terlebih dahulu buatlah lingkaran jarak nampak suar dengan suar sebagai titik pusatnya dan jari-jarinya = jarak geografis suar ( lihat, daftar suar ) 
2). Pada saat suar tersebut mulai nampak/hilang di cakrawala baringlah suar tersebut denagn pedoman (Bp) 
3). Jabarkan Bp menjadi Bs dan lukis garis baringnya di peta 
4). Perpotongan antara Bs dangan lingkaran adalah posisi kapal (K) 

b)    Baringan dengan peruman 
 
Pelaksanaan : 
1). Baringlah benda tersebut dengan pedoman (Bp), bersamaan dengan itu kedalam air diukur dengan perum (25m) 
2). Jabarkan Bp menjadi Bs dan lukis garis baringnya di peta 
3). Jabarkan hasil peruman sampai muka serutan peta( lihat daftar Pasang
Surut ) 
4). Carilah pada garis baringan suatu kedalaman yang jatuh sama dengan garis baringan (25m). 
5). Posisi kapal (K) terletak pada titik tersebut. 
2)  Satu benda dibaring 2 kali 
a) Baringan dengan geseran 
 
Pelaksanaan : 
1). Baringkah benda tersebut dengan pedoman (Bp) dan catat waktu. 
2). Jabarkan Bp menjadi Bs 1 dan lukis garis baringnya dipeta 
3). Setelah selang beberapa waktu kemudian benda tersebut dibaring lagi dengan pedoman (Bp) dan dicatat waktunya. 
4). Jabarkan Bp menjadi Bs II dan lukis garis baringnya di peta. 
5). Hitunglah jarak yang ditempuh kapal dalam waktu antara BsI dan bS II dan geserkan Bs I sepanjang garis haluan sesuai dengan jarak tersebut. 
6). Perpotongan antara Bs II dengan BsI yang digeserkan adalah posisi kapal
(K) 

Catatan : 
Jarak yang ditempuh dari bar I ke bar II = 
Selisih waktu dalam menit X kecepatan atau / jam = d
60
b)  Baringan dengan sudut berganda 
 
Pelaksanaan: 
1). Baringlah benda tersebut dengan pedoman (Bp) dan catat waktunya. 
2). Lukiskan Bs II sedemikian rupa sehingga sudut ytang dibentuk oleh BsII  dengan haluan 2x sudut yang dibentuk oleh Bs I dengan haluan 
3). Pada saat terjadinya Bs II, catat waktunya 
4). Hitunglah jarak waktu yang ditempuh kapal dalam waktu antara BsI-BsII 
(misalnya = d mil ) dan ukurkan pada BD dari benda 7/8 di (BE)
 5). Tarik dari E garis // garis keluar yang memotong bar II di K  6). Posisi kapal (K) terlertak pada titik tersebut. 
c)   Baringan 4 surat 
 
Catatan : 
I.    Benda kiri 
Baringan = H - < perpotongan 
II.  Benda kanan 
Baringan = Haluan + < perpotongan  Catatan Benda dikiri :
Bar I = H – 45° 
Bar II = H - 90° 
Karena baringan menggunakan pedoman magnet maka sembir harus diperhitungkan. 
Jika selama dalam pelayaran terdapat arus dari muka/belakang maka letak kapal (K) lebih dekat /jauh dari benda sesuai dengan arah dan kekuatan arus.  Pelaksaan : 
1). Terlebih dahulu lukiskan garis-garis baringan Bs I dan Bs II sedemikian rupa sehingga masing-masing membentuk sudut 45° dan 90° dengan garis haluan (Hs) 
2). Saat-saat terjadinya Bs I dan Bs II dicatat waktunya. 
3). Hitunglah jarak yang ditempuh kapal dalam waktu antara Bs I – Bs II ( misalnya = d mil ) BD = a ----AC//ED 
4). Posisi kapal (K) terletak pada titik tersebut. 

d) Baringan istimewa 
 
Catatan : 
I.    Benda kiri 
Baringan = H - < perpotongan 
II.  Benda kanan 
Baringan = Haluan + < perpotongan 
Pelaksanaan : 
1). Terlebih dahulu lukiskan garis-garis baringan Bs I, Bs II dan Bs III sedemikian rupa sehingga masing-masing membentuk sudut-sudut 26,5°, 45° dan 90° dengan garis haluan (Hs) 
2). Saat-saat terjadinya Bs I dan Bs II dicatat waktunya. 
3). Hitunglah jarak yang ditempuh kapal dalam waktu antara Bs I –Bs II ( misalnya = d mil ) dan geserkan Hs sepanjang Bs III sehingga jaraknya dari benda tersebut = jarak yang telah dihitung, 
4). Posisi kapal (K) pada perpotongan antara BS II dengan Hs yang digeser. 
 
Catatan : 
Benda kiri 
Bar I = H – 26,5° 
Bar II = H - 45° 
Sembir harus diperhitungkan 

Keistimewaan daripada baringan istimewa ini adalah sebelum benda tersebut melintang haluan, penilik sudah mengetahui saat dan jarak kapal terhadap benda pada waktu melintang, sehingga jika jarak tersebut dipandang kurang aman, kapal masih dapat dirubah haluannya untuk menghindari bahaya navigasi. 
Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam melaksanakan baringan silang 
1). Waktu antara baringan yang satu dengan yang lain jangan terlalu lama 
2). Benda-benda yang perubahan sudut baringannya lambat dibaring lebih dahulu. 
3). Jika disekeliling kapal terdapat banyak benda yang dapat dibaring, pilihlah benda-benda yang garis baringnya berpotongan tegak lurus dan baringlah benda ketiga untuk pemeriksa.Jika pelaksanaan baringan silang baik, ketiga garis baringan tersebut akan berpotongan pada satu titik atau merupakan segitiga yang kecil. 
Pelaksanaan : 
1). Baringlah kedua benda tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan. 
2). Jabarkan Bp menjadi Bs dan lukis garis-garis baringannya di peta ( BsI dan Bs
II) 
3). Perpotongan antara Bs I dan BS II adalah posisi kapal (K)





 
e) Baringan silang dengan geseran
 
Pelaksanaan : 
1). Baringlah n\benda yang satu (K) derngan pedoman (Bp) dan catat waktunya 
2). Jabarkan Bp I menjadi Bs I dan lukis garis baringnya di peta 
3). Selang beberapa waktu kemudian baringlah benda yang lain (B) dengan pedoman (Bp I) dan catat waktunya. 
4). Jabarkan Bp II menjadi BS II dan lukis garis baringnya di peta. 
5). Hitunglah jarak yang ditempuh kapal dalam waktu antara BSI- BS II ( misal = d mil ) dan geserkan Bs I sepanjang garis haluan dengan jarak = jarak yang telah dihitung. 
6). Perpotongan antara Bs II dengan Bs I yang digeser adalah posisi kapal (K) 

b. jika disekeliling kapal terdapat dua atau lebih benda  yang dapat dibaring
1) Baringan silang
 

a)   Bar I dan Bar II diambil dalam waktu hampir bersamaan, didapat baringan pedoman. 
b)   Baringan pedoman yang diperoleh, dijabarkan dengan sembir dan diperoleh baringan sejati. 
c)    Lukis kedua baringan sejati tersebut dari benda yang dibaring dalam peta. 
d)   Perpotongan kedua garis baringan sejati tersebut adalah posisi kapal (K) 

2) Baringan Snellius
 



Referensi: 
www: Hubud.dephub.go.id.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar